Senin, 16 Maret 2009


For more widgets please visit www.yourminis.com

Minggu, 15 Maret 2009


For more widgets please visit www.yourminis.com


For more widgets please visit www.yourminis.com

RanSel Radar Mojokerto




GIRLS  CLASS VS BOYS CLASS

 

                Assalamu’alaikum wr. Wb.

                Sebenernya ada apa sih dengan tema RanSel edisi minggu ini?  Judulnya kok aneh, terus kok kaya ada perbedaan gender gitu? Pasti temen-temen pada penasaran kan? Wahh maklum aja, selama ini sekolah-sekolah umum atau sekolah negerti dan swasta menerapkan penggabungan antara cewek dan cowok di dalam satu kelas. Nah, berhubung edisi kali ini, RanSel digarap sama anak-anak Jurnalistik dari SMA A. Wahid Hasyim Tebuireng yang saat ini menerapkan pemisahan kelas antara cewek dan cowok. Sebenarnya gak Cuma SMA AWH (A.Wahid Hasyim.red) yang nerapin sistem kaya gini, masih banyak lagi SMA/MA/SMK yang mempunyai backup pesantren atau mengadopsi sistem pendidikan pesantren. Sebenarnya apa sih yang menyebabkan cewek dan cowok itu harus dipisah di sekolah-sekolah berorientasikan pesantren? Ayo kita simak juga pengaruh dari dipisah atau digabung dua gender ini di sekolah pesantren dan umum! Oya, jangan lupa juga buat baca komentar-komentar anak-anak SMA AWH tentang pemisahan ini!

 

Sejarahnya

                SMA AWH merupakan salah satu unit pendidikan di kawasan Tebuireng dan lingkungan Yayasan Hasyim Asy’ari. Karena menjadi tempat menuntut ilmu bagi santri dan santriwatinya, sekolah ini tentunya harus menurut dengan aturan pesantren agar ajarannya tidak kontras dengan tujuan pesantren itu sendiri.

                Sejak berdiri pada tahun 1975, SMA AWH menerapkan penggabungan antara cewek dan cowok. Selama kurun waktu puluhan tahun, sistem itu tidak mengalami masalah, tapi…? Pada tahun 1990an mulai ada masalah yang bikin geram pihak sekolah dan pihak pesantren. Yahh, mungkin aja temen-temen udah ngerti maksud kita kan? Zaman udah semakin menjadi-jadi, belakangan ini kalau cewek dan cowok dikasih kesempatan, pasti jadi… Nah, karena itu sebuah yang keputusan yang controversial diambi oleh Bapak Zaenal Arifin sebagai kepsek. Pada masa pemerintahannya, tepatnya tahun 2000, untuk pertama kalinya kelas cewek dan cowok dipisah. Pada awalnya sih, banyak anak yang memprotes kebijakan ini, tapi mau gimana lagi, kebijakan itu tetap bertahan sampai sekarang.

                Banyak pihak yang setuju ataupun tidak setuju dengan kebijakan itu. Akibatnya banyak siswa yang pada saat digabung, semangat mengikuti pelajaran dan prestasi terus meningkat. Tapi begitu dipisah, mereka menjadi tidak punya semangat seperti saat digabung. Jangan salah, ada juga anak yang mendukung, karena kebijakan ini membuat kita tidak terus-terusan maksiat mata. Namanya aja remaja, semakin dikekang, mereka malah semakin merajalela. Berbagai cara ditempuh untuk menghilangkan kebosanan di kelas yang homogen. Mulai dari ekskul sampai organisasi sekolah dimanfaatkan untuk bertemu dengan lawan jenisnya.

                Sebagai manusia dan remaja yang normal, bertemu dan berinteraksi dengan sesama jenis terus-terusan, bukanlah hal yang enak buat dijalanin. Kebosanan menjadi alasan utama para siswa yang kontra. Tapi bukannya kebijakannya gak ada manfaatnya. Coba deh pikirin, lebih jaim mana antara berinteraksi dengan lawan atau sesama jenis? Kita tidak perlu malu atau jaim jika melakukan sesuatu yang sifatnya pribadi dengan sesame gender. Rasa saling pengertian karena sesama jenis ini  pasti tidak menimbulkan kecanggungan satu sama lain. Kayaknya sih uadah cukup deh fakta-fakta dilapangan ini, yuk kita cari tahu pendapat anak-anak AWH yang sudah merasa asam garamnya dipisah.

 

Furqon (XI S1)

“Kita kan santri, so, harus jaga status dong….jangan sampai ngawur, biar jadi santri yang baik dan berkualitas.”

Shohib (XI S2)

“Anak-anak kalau kelasnya dipisah, ngantukan, belajarnya gak semangat. Soalnya gak ada yang dibuat nampang sih, hehehe…”

 Bayu (XI A1)

“Kalau dicampur kan kita bias gengsi-gengsian sama cewek-cewk di kelas (caper.red) hehehe…,jadinya kita bias lebih aktif, malu dong kalau pasif.”\

 Haedy (XI A2)

“Ada enaknya, ada nggaknya…enaknya tuhh kita nggak merasa minder, malu dan nervous. Kalo gak enaknya tuhh, belajarnya gak semangat, sering gak aktif pas pelajaran, pokoknya banyak dehh!!!”

 Jayanti (XI S3)

“Wahh, enakan dipisah, soalnya kalo kita mau ngapa-ngapain tuh gak malu, gak takut salah, kan gak ada cowok….so, gak usah jaim…hahaha. Trus kita (kaum cewek.red) bias curhat-curhatan.

 Normasari (XI A2)

“Gak enak banget dipisah, masa’ tiap hari cuma liat cewek aja…bosen tau!!! Enakan ada cowoknya, kan cewek ada tuhh karena cowok ada and kebalikannya. Dah gitu ajja, bingung!!!

 Eh, yang punya suara gak cuma yang udah terjun langsung lohh….para guru yang mengawasi mereka juga ngungkapin pendapat mereka.

 Pak Fathoni (Wakasek Kesiswaan)

“Saya itu setuju berat, karena sekolah kita itu backgroundnya PonPes, jadi keadaan sekolah juga harus berbau dan refleksi PonPes. Harus diaplikasikan, selain itu tingkat pelaku maksiat menurun drastis daripada dulu saat dicampur. Kalau dilihat dari negatifnya, paling-paling siswa cewek dan cowok berani tidur di kelas, itu aja dan siswa cowok berani sekolah tanpa mandi. Pokoknya pengambilan keputusan dipisahnya laki-laki dan perempuan dari sisi kebersihan hati, tujuan sekolah dan pondok lebih kondusif daripada dicampur.

 Bu Ninuk (B.Indonesia)

“Menurut saya kurang setuju. Karena dengan dikelompokkannya siswa sesuai gendernya, itu berarti asa diskriminasi sosial. Disamping itu juga perlu adanya perubahan, kalau kelas cewek dan kelas cowok digabung, insya Allah akan membawa perubahan yang positif. Anak-anak yang biasanya tertidur di kelas yang homogen (cewek semua atau cowok semua), Insya Allah bias berubah kalau kelas itu diubah menjadi kelas yang heterogen. Mereka mungkin akan bias lebih menjaga sikap di kelas. Yang jelas, kita sebagai guru juga harus tetap mengawasi mereka supaya tidak terjadi hal-hal atau pelanggaran oleh siswa yang tidak kita inginkan.” 

  Terbukti kan? Dari opini mereka ada yang seneng dan ada yang nggak mendukung kebijakan ini. Sekarang mau dipisah atau nggak, tergantung dari niat dan iman masing-masing. Kalau niat kita menuntut ilmu, mau cewek atau cowok di sekitar kita, gak ada bedanya, kompetisi masih tetep berjalan kan? Kalau iman kita kuat, mau cewek atau cowok yang ada di sekitar kita, kita pasti gak terpengaruh. Tapi di luar itu faktor dan sekolah juga mempengaruhi. So, tetep semangat belajar, mau cewek atau cowok, LIBAS AJA!!!

Selasa, 10 Maret 2009

AWH Futsal Championship




Untuk pertama kalinya, OSIS SMA A.Wahid Hasyim mengadakan turnament futsal SMP se-Jombang dengan judul AWH Futsal Championship. Kompetisi futsal ini diikuti oleh lima SMP dan MTs di kabupaten Jombang, mereka berasal dari SMP A.wahid Hasyim, MTs Tebuireng, SMPN 5 Jombang, MTs Darul Falah, MTs Darul Iman. Semua warga AWH bersemangat dengan diadakannya kompetisi ini. Hal ini terbukti dengan antusiasnya penonton dan suporter dari seluruh tim dan anak-anak AWh sendiri. Sampai artikel ini posting, jalannya kompetisi sudah mencapai final nanti sore (11/03/2009). Pada final ini, akan berhadapan SMPN 5 (B) dengan MTs Tebuireng. Pada pertandingan sebelumnya (semi final), SMPN 5 mampu mengalahkan SMP AWH dengan skor 5-1 dan MTs Tebuireng membungkam MTs Darul Falah dengan skor telak 11-4. Dua tim yang bertarung di final ini tidak seperti prediksi para penonton yang menginginkan derby antara SMP AWH melawan MTs Tebuireng. Tapi pertandingan final nanti sangat seru, karena kedua tim sudah menunjukkan kehebatannya pada babak penyisihan dan semi final lalu. Saksikan grand final AWH Futsal Championship di lapangan basket SMA AWH jam 13.45 sore.

Profil SMA A. Wahid Hasyim

tes dulu...